Sawit di lahan gambut Rawa Tripa Aceh

Perambahan Hutan di Aceh; potret kehidupan masyarakat

Pembakaran lahan untuk mengusahakan kebun merupakan hal yang umum terjadi. Selain murah dan praktis, pembakaran juga dianggap dapat meningkatkan kesuburan lahan kebun

Penambangan Tradisional di Aceh

Sebuah tantangan untuk menghidupi keluarga. Daerah kerja yang berat dan resiko kerja yang tinggi. Perlu sebuah pembinaan agar penurunan kualitas lingkungan tidak terjadi begitu besar. Dan dapatkah kegiatan ini menjadi usaha ekonomi yang lestari?

Cendana Aceh

Cendana Aceh ini dalam bahasa pemasaran masuk dalam kelompok 'cendana jenggi'. Berbeda dengan Cendana NTT (,Santalum album, yang memiliki aroma khas yang kuat, cendana jenggi beraroma kurang kuat, namun memiliki peluang ekspor yang besar untuk pasar Cina dan Timur Tengah. Perlu pengembangan oleh pemerintah daerah

This is

Go to

Tampilkan postingan dengan label Pojok Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pojok Mahasiswa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Juli 2012

BEBERAPA JUDUL PENELITIAN YANG MENARIK

Bingung memilih judul skripsi?

Beberapa kali dijumpai oleh mahasiswa dari luar Aceh ataupun luar negeri. Bermaksud melakukan penelitian di Aceh. Sepertinya isu lingkungan di Aceh masih banyak yang perlu dikaji secara ilmiah. Ini ada beberapa judul / topik yang menarik dan masih baru untuk bidang terkait lingkungangan hidup di Aceh:
  1. Analisis Finansial Usaha Pertambangan Rakyat di ... (pilih lokasinya).
  2. Kajian Usaha Pertambangan Rakyat di Aceh.
  3. Sistem Pengolahan Hasil pada Usaha Penambangan Emas di .... (pilih lokasinya).
  4. Identifikasi Keragaman Jenis Mangrove di Pesisir Banda Aceh / Aceh Jaya / Aceh Tamiang, dan lain- lain (tinggal pilih lokasi spesifik dan lingkup lebih kecil).
  5. Kajian Kebijakan Daerah untuk Pertambangan Rakyat.
  6. Efektifitas Rekrutmen Tenaga Pengamanan Hutan Aceh.
  7. Pengaruh Limbah Air Raksa pada Beberapa Penambangan Emas oleh Masyarakat.
  8. Studi Populasi Orangutan di sekitar Rawa Tripa (tinggal tentuin aja lokasinya).
  9. Keragaan Tanaman (misal sawit) di daerah lahan gambut Rawa Tripa.
  10. Keragaman Spesies Kepiting di Pesisir Banda Aceh.
  11. Keragaman Spesies Burung di Daerah Rawa sekitar Banda Aceh
  12. Kajian Sosek Pekerja Tambang Rakyat di Kecamatan X Kabupaten Y.
Metode penelitian tentunya bisa disesuaikan dengan dana, level studi, dan waktu yang tersedia.

Kamis, 26 Juli 2012

Memimpikan Kota Banda Aceh sebagai Kota Ekologis

Kota Ekologis merupakan kota yang mampu mengurangi beban dan tekanan lingkungan, serta meningkatkan kualitas hunian. Kota ekologis adalah kota yang serasi dengan alam dan lingkungannya. Secara mendasar kota bisa dipandang sebagai satu ekosistem yang memiliki keterkaitan sistem (buatan) yang erat dengan sistem alami. Untuk mewujudkan kota ekologis, memerlukan perencanaan dan pengelolaan lahan serta sumberdayanya secara terus menerus dan terukur.

Bagaimana dengan kota Banda Aceh, apakah mengarah pada kota ekologis?

Banda Aceh adalah ibukota provinsi Aceh, simbol kemampuan tuan rumah dalam mengelola rumahnya.

Berikut adalah parameter umum dalam melakukan penilaian terkait visi untuk menciptakan kota ekologis;

·        Perencanaan lokasi pemukiman disesuaikan dengan kondisi alam dan mempertimbangkan faktor-faktor biologi. Pemukiman di Banda Aceh sepertinya belum sesuai dengan point ini. Adanya trend pembangunan rumah ruko (ruko) di sepanjang jalan – jalan baru, menunjukkan bahwa lemahnya kontrol pemerintah kota dalam penataan tuang. Apakah sepanjang jalan-jalan baru semuanya boleh menjadi ruko? Jika iya, lantas mengapa ruko-ruko tersebut sebagian berubah menjadi tempat kuliah perguruan tertentu? Akibatnya terkadang badan jalan dimanfaatakan sebagai areal parkir. Aneh.

Lokasi pemukiman juga perlu mengacu pada faktor-faktor biologi. Adalah suatu hal yang tidak bijak untuk menimbun lahan rawa / mangrove sebagai pemukiman karena akan menyulitkan distribusi air bersih, dan memutus mata rantai aliran air. Fenomena yang terlihat juga, areal sawah beririgasi disulap menjadi areal bangunan. Berarti pembangunan / investasi irigasi yang telah ada menjadi sia-sia.

·       Sungai sebagai penyangga dengan kemampuan ‘self-regulation’. Coba lihat beberapa sungai Bi banda Aceh. Adakah yang indah? Adakah yang airnya jernih? Sungai yang indah akan memberi kesejukan mata bagi warga kota, dan mengurangi stres.  Sungai berperan sebagai saluran air besar dari limbah rumah tangga. Bagaimana regulasi pemerintah ota terkait limbah rumah tangga, industri kecil, dan usaha bengkel. Apakah sudah memenuhi aidah lingkungan?

·    Desain ruang yang nyaman untuk pejalan kaki. Jalan kaki adalah baik untuk kesehatan dan relaksasi. Makanya diperlkan ruang buat pejalan kaki. Tapi di Banda Aceh, ruang pejalan kaki tergusur oleh pedagang kaki lima, siang ataupun malam.

·       Menciptakan ruang kehidupan untuk manusia, binatang dan tumbuhan. Sudah ada beberapa ruang terbuka hijau, tetapi belum cukup untuk menjadi habitat bagi satwa, misalnya burung. Masih perlu perbaikan berupa pengayaan spesies tanaman yang damapat menarik kehadiran jenis burung-burung tertentu secara alami. Masalahnya, bagaimana agar burung-burung tersebut nantinya tidak diusilin oleh pemburu dadakan? Pemerintah kota tentu bisa membuat aturan khusus.

Program kota ekologis diarahkan untuk peningkatan kualitas hidup yang lebih baik Program tidak hanya terbatas pada penghijauan tetapi juga upaya konversi energi terbaharukan (misal kincir angin atau solar cell) membangun jaringan transportasi yang nyaman dan tidak berdebu, pengembangan daur ulang memberdayakan masyarakat, mendukung usaha kecil dan kerjasama, dan memperluas partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi. Dan terakhir, tidak bangga dengan piala Adipura.
.

An ecocity is an ecologically healthy city”

Jumat, 20 Juli 2012

Membuat Rumusan Permasalahan Penelitian

Sebuah skripsi / Tesis / ataupun karya ilmiah, akan memiliki nilai jika ia dapat memecahkan permasalahan yang diajukan. Ingat lho... PERMASALAHAN, bukan MASALAH.  Ini dua hal yang berbeda, dan biasanya sering terbalik-balik dalam berbagai tulisan penelitian.

Adanya ikan-ikan yang mati mendadak di kolam, merupakan MASALAH bagi pemilik kolam, karena investasinya hancur. Itu bukan masalah bagi mahasiswa, karena tidak mengalami kerugian apa pun. Tapi bagi calon peneliti, fenomena ini dapat menjadi PERMASALAHAN.  Tentunya setelah ada perumusan berdasarkan gambaran / deskripsi dan latar belakang, kaitan berdasarkan teori pokok  dan teori pendukung (jika ada), kesenjangan informasi / pengetahuan yang ada, dan tujuan yang ingin didapat.

Contoh lain, aktivitas penambangan liar menggunakan air raksa atau merkuri  bukan merupakan masalah bagi pelaku,  tetapi dapat menjadi masalah bagi calon peneliti A (misal mahasiswa jurusan Kimia), karena berdasarkan pengetahuan ilmiahnya bahwa limbah raksa tidak akan larut dan menjadi racun.  Tetapi masalah ini tidak menarik bagi A, sehingga tidak dijadikan sebagai sebuah Permasalahan. Sementara calon peneliti B (misal mahasiswa ilmu Kesehatan Masyarakat) tertarik dengan fenomena peningkatan angka statistik penyakit gatal-gatal pada daerah hilir yang terdapat kegiatan penggunaan air raksa di daerah hulu. Dengan melihat deskripsi statistik, fenomena  ini kemudian diformulasikan sebagai sebuah permasalahan penelitian. Mencari hubungan sebab akibat antara penambangan liar dengan jenis dan jumlah penyakit gatal-gatal dalam skope landscape.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan permasalahan peneliti.
  1. Singkat , jelas dan padat. Jadi jangan memakai kalimat yang panjang dan bertele-tele.
  2. Sebaiknya menggunakan kalimat tanya (ada research question).
  3. Sebaiknya menghubungkan dua variabel atau lebih.
  4. Ada implikasi ketersediaan data untuk pemecahan masalah.
  5. Relevan dengan judul dan metode penelitian. 


Kamis, 19 Juli 2012

Mahasiswa bingung memilih judul skripsi atau tesis

Disela-sela kesibukan, beberapa kali dijumpai mahasiswa yang akan membuat proposal penelitian (skirpsi / tesis) atau yang sedang nulis skripsi / tesis. Dan parahnya lagi, ada mahasiswa yang saat ujian skripsi, tidak tahu terhadap apa yang ditulisnya.

Memilih judul penelitian memang gampang-gampang susah, demikian juga nulisnya, yang penting ada konsistensi pemikiran yang dicurahkan pada skripsi sehingga tidak terputus ide.

Tips memilih judul penelitian:
  1. Jangan muluk-muluk. Artinya, pilih judul yang gampang-gampang saja. Gampang mendapatkan datanya, gampang mengolah datanya.  Kalau perlu tidak pakai olah data, tapi pakai content analisys. Tapi ini semua tergantung bakat mahasiswa.  Dan yang pasti, biaya skripsinya murah.
  2. Untuk tahap pertama, jangan menentukan judul baku, tapi tentukan topik yang tersedia dan disukai. Judul akan muncul sendiri berdasarkan ketersediaan data awal, ketersediaan alat analisis, dan dari hasil tukar pikiran dengan orang lain.
  3. Usahakan topik, kalau bisa judul yang baru, jangan yang itu – itu saja. Banyak mahasiswa S1 atau S2 membuat judul pakai kata-kata  ‘Persepsi.....’ atau ‘Analisis...’ karena sudah ada atau banyak contoh bertebaran di skripsi / tesis usang. Dosen pembimbing cendrung suka pada hal-hal yang baru.
  4. Lihat calon permasalahan yang ada (dari jurnal, koran, dari pengalaman, dari trend isu).
  5. Kuasai topik yang dipilih, coba buat definisi sendiri terhadap objek pokok dari topik (atau judul).  


Intinya:

Tertarik ingin mendalami topik A ?
Ada apa dengan A?
Apa bisa mengumpulkan data terkait A?
Bagaimana mengolah data / informasinya? Apa bisa sendiri ? Apa harus bayar jasa orang lain?
Baca beberapa literatur utama. Kuasai, dan coba buat definisi sendiri.

Contoh.

Tertarik atau ingin mendalami cara menggunakan Geographic Information System (GIS). GIS merupakan alat dalam melakukan analisis, jadi GIS bukan sebagai objek yang akan diteliti, tetapi kadang-kadang dimasukkan ke dalam judul.

Ada fenomena di kecamatan tertentu di Aceh Besar bahwa dulu ( 10 tahun lalu) menurut cerita penduduk atau pengalaman nyamuk hanya sedikit, udara sejuk. Saat ini nyamuk banyak, udara sudah kurang sejuk.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dengan penduduk setempat berdasarkan desain, data statistik dari puskesmas, dan data-data terkait sesuai tujuan tesis.

Pengolahan data dengan tools statistik, atau data base excell. Peneliti ingin mendalami penggunaan GIS, apa hubungan GIS dengan nyamuk? J

Baca beberapa literture tentang nyamuk, pola sebaran, dan kaitannya dengan suhu udara.

Coba buat beberapa defini sendiri, misal definisi tentang : Nyamuk yang diteliti adalah ....?
Suhu adalah.....?  dan lain-lain.

Dari hasil bacaan, bisa saja keluar judul rencana skripsi yang kira-kira seperti ini.

“Manfaat GIS dalam pemetaan sebaran nyamuk di kecamatan A”
“Hubungan perubahan tutupan hutan dengan populasi nyamuk di kecamatan A dan sekitarnya”

Panduan tambahan dapat dilihat di sini

Rabu, 18 Juli 2012

Arti Lingkungan dan Contoh Cakupan Isu


Sebelumnya, pengkajian ilmu lingkungan terbatas pada tataran kajian / bagian dari EKOLOGI, yang mengkaji hubungan antar mahluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu tataran sistem. Variable yang diamati terbatas pada kelimpahan, distribusi, jumlah biomasa dan jumlah populasi serta derajat perubahannya baik antar spesies atau di dalam satu Ekosistem.

Namun karenan laju kerusakan sub sistem yang relatif pesat pada ekosistem, maka diperlukan lompatan kajian yang tidak hanya terbatas pada aspek biologi, kimia, dan fisika. Diperlukan cakupan kajian yang lebih luas meliputi aspek kebijakan, ekonomi, dan politik. Skala ruangnya juga berubah dari ‘lokal ke global’.

Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan segala komponen yang ada di dalamnya (biotik dan abiotik) berarti termasuk manusia dan arus energi, yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah ekosistem. Ini dapat dipakai sebagai sebuah definisi Lingkungan.

Jika bicara dalam konteks ekosistem di Aceh, maka perilaku pemanfaatan sumberdaya alam di daerah hulu sungai (atau gunung), katakanlah di Aceh Tengah, seperti kegiatan penambangan, penebangan hutan, dan pemakain pupuk kimia yang berlebihan, maka dampaknya akan sampai ke wilayah hilir (Bireuen atau Aceh Utara). Aktivitas penambangan dan penebangan hutan di Pidie, secara langsung akan menyebabkan debit dan kualitas air sungai Krureng Aceh menjadi menurun, sehinga kualtias pertanian akan menurun, dan diperukan input energi yang lebih besar jika ingin meningkatkan hasil pertanian (sawah) di Aceh Abesar. Aktivitas industri baik besar maupun kecil di daerah Bireun, ataupun pertanian tidak ramah lingkungan di pesisir Aceh Utara, akan menyebabkan timbulnya emisi hasil pembakaran bahan fosil dari pabrik pupuk, dan berdampak terhadap kualitas udara regional.

Adanya pemusatan aktivitas industri di Lhokseumawe, akan merangsang terjadinya ekstraksi sumberdaya alam dari daerah / kabupaten sekitar, menyebabkan intentensitas transportasi meningkat, yang secara langsung meningkatkan emisi gas rumah kaca dari transportasi. Pemusatan industri juga merangsang manusia untuk berpindah ke daerah industri, menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi menurun.

Diskriminasi kebijakan pembangunan antar hulu-hilir, menyebabkan munculnya kecemburuan pembangunan. Daerah dengan potensi sumberdaya alam tertentu akan melakukan ekstraksi, walau secara ilegal, sehingga diperlukan satu kebijakan menyangkut insentif dan dis-insentif keberadaan sumberdaya alam.

Contoh diatas, masih dalam tataran ekosistem di Aceh, belum lagi jika dikaji dalam cakupan regional Asia, atau dunia. Maka permasalahan lingkungan hidup, tidak dapat hanya dilihat sebelah mata, atau hanya dari satu sudut pandang kepentingan.

SELUSIN AZAS LINGKUNGAN MENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

Menghadiri beberapa pertemuan, yang boleh dibilang agak-agak ilmiah, walau tidak ilmiah banget, sering aku menemukan profesional ataupun aktivis yang berbicara ilmiah tentang lingkungan, namun terasa ada yang mengganjal. Terasa mengganjal karena memandang lingkungan hidup hanya dari satu sisi. Bahasa awamnya... memandang dengan sebelah mata J

Ini rangkuman dari berbagai sumber tentang prinsip / azas ilmu lingkungan. Dapat dipakai dalam berlogika untuk mengkaji permasalahan lingkungan di Aceh. Mungkin sobat sekalian ada yang mau nambahin atau mengkritik, terutama mahasiswa, dipersilahkan.
  1. Energi itu bersifat abadi. Masuk atau keluar dari satu ekosistem, atau sebidang lahan, maka dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Asas ini dalam ilmu Fisika sama dengan hukum termodinamika I. Dalam ilmu energi, dibahas dalam aspek konservasi energi. 
  2. Transformasi energi tidak akan sempurna seratus persen. Sama dengan hukum  thermodinamika II. Energi akan terus berubah-ubah, yang berbeda adalah bentuk fisik.
  3. Mahluk hidup dan keanekaragaman hayati berada dalam satu ruang dan waktu serta memiliki energi masing-masing, dan keseluruhannya merupakan sumberdaya alam. Tidak boleh memisah-misahkan satu individu jika dikaji dalam satu ruang dan waktu karena pada individu tersebut ada kaitan erat dengan individu yang lain pada satu ruang dan waktu.
  4. Pertumbuhan satu sumberdaya alam ada batas maksimum dengan laju pertumbuhan optimum pada satu titik tertentu. Ingat bahwa MAKSIMUM berbeda dengan OPTIMUM. Jangan dibolak balik.  Jika titik optimum telah tercapai, maka pertumbuhan selanjutnya dapat dianggap sebagai sebuah pemborosan. Secara ekonomi diangap merugikan. Penjelasan azas ini dapat terlihat jelas pada kurva produksi, quantitas per satuan waktu.
  5. Sumberdaya alam ada yang memiliki daya rangsang pemanfaatan secara terus menerus, dan ada yang tidak.  Mirip dengan prinsip komplementary dalam ilmu ekonomi. Ada sumberdaya yang bersifat pelengkap, ada yang utama. Jika terjadi kelangkaan pada sumberdaya utama, misal makanan tertentu, maka akan ada upaya untuk memanfaatkan sumberdaya ke-dua. Jika ini terjadi, maka akan ada upaya untuk pemusatan perhatian pada sumberdaya kedua, berarti terjadi peningkatan pendayagunaan.
  6. Spesies yang mempunyai daya regenerasi lebih besar, cendrung akan megalahkan saingannya. Kemampuan regenerasi akan terkait dengan kemampuan adaptasi.  Sementara tidak semua spesies mampu beradaptasi dengan baik.
  7. Keanekaragaman komunitas akan semakin tinggi pada satu tempat dengan faktor lingkungan yang lebih pasti.  Faktor lingkungan itu banyak, misalnya air, tanah, api. Pada tempat yang tidak cepat berubah, dan ada pola yang lebih jelas, maka akan muncul keanekaragaman yang lebih tinggi dari pada tempat yang kondisinya sering berubah-ubah.
  8. Kejenuhan suatu habitat tergantung pada niche.  Setiap spesies memiliki kekhasan tertentu (niche). Kekhasannya dapat ditentukan oleh kemampuan jelajah (home range). Semakin luas kemampuan jelajah satu spesies, maka habitat cenrung tidak jenuh (terhadap spesies tersebut. Masalahnya, ada spesies lain pada habitat tertentu yang daya jelajahnya sangat terbatas, misal tumbuhan. Menjelejah hanya berdasarkan sebaran bibit.
  9.  Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomasa dibagi dengan produktivitas.Semakin beragam organisme dalam satu sistem, maka aliran energi akan semakin efisien. Ibarat sebuah mata rantai makanan, jika semakin kompleks, berati  sistemnya secara alami semakin sehat.
  10. Dalam suatu ekosistem, sub-sistem yang  mantap cendrung mengekploitasi sub-sistem yang belum mantap. Dalam suatu ekosistem, terdapat berbagai rantai makanan, dan antar rantai tersebut saling terhubung. Rantai yang sudah kompleks (tinggi) akan memberikan sisa energi ke rantai yang lebih rendah.  Dalam sistem ini, terdapat manusia. Manusia terdiri atas berbagai kelompom berdasarkan pekerjaan. Manusia yang sudah berada dalam sistem yang mantap (bergaya hidup perkotaan, cendrung enggan kembali ke sistem yang belum mantap (misal di pedalaman hutan).
  11. Kemampuan adaptasi suatu spesies bergantung pada kepentingan relatifnya terhadap lingkungan. Sekelompok individu / spesies pada ekosistem yang belum mantap akan kurang bereaksi jika terjadi perubahan fisika kimia dalam ekosistemnya. Kumpulan individu dengan kondisi fisika kimia yang sudah lama mantap, tidak akan mudah untuk berevolusi. 
  12. Keadaan lingkungan yang baik secara fisik, memungkinkan terjadinya peningkatan keanekaragaman satu kelompom spesies, dan selanjutnya membantu untuk meningkatkan keanekaragaman kelompok spesies lainnya. Jika satu cakupan bidang ilmu sudah tidak mampu mengatasi permasalahan sistem biologi, maka diperlukan cakupan ilmu baru yang lebih kompleks, dan ada penambahan indikator analisis selain aspek biologi dan kimia.


Jumat, 13 Juli 2012

PENGERTIAN TANAH GAMBUT

Lahan gambut merupakan lahan yang didominasi oleh tanah gamut. Gambut mengikat karbon dalam jumlah yang relatif besar yang terbentuk dalam prose waktu yang lama dan dalam kondisi jenuh air. kondisi jenuh air menyebabkan proses pelapukan bahan organik menjadi tidak sempurna, sehingga ditemukan sisa-sisa bahan organik seperti seresah, akar, dan sejenisnya.

Istilah gambut berasal dari bahasa Banjar (Kalimantan). Diberbagai belahan dunia, gambut memilki banyak nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Berdasarkan kadar gambut, nama atau istilah gambut juga bervariasi.  Misalnya istilah muck, ditujukan bagi tanah gambut dengan kadar bahan organik 35 – 65 % .  

Secara umum disebut sebagai ‘gambut’ jika kandungan BO-nya lebih dari 30 %.  Pada hutan rawa gambut, kandungan BO-nya secara umum lebih dari 65 % dan kedalaman lebih dari 50 cm.

Adanya variasi kedalaman gambut, menyebabkan penanganan dan pemanfaatan gambut juga berbeda-beda. Khusus untuk gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter, maka sangat tidak direkomendasikan untuk dimanfaatkan atau dikonversi.


Informasi lengkap tentang tanah gambut dan bagaimana agroekosistem gambut, mekanisme dan peran pengikatan karbon, dapat diakses online