Rabu, 18 Juli 2012

SELUSIN AZAS LINGKUNGAN MENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

Menghadiri beberapa pertemuan, yang boleh dibilang agak-agak ilmiah, walau tidak ilmiah banget, sering aku menemukan profesional ataupun aktivis yang berbicara ilmiah tentang lingkungan, namun terasa ada yang mengganjal. Terasa mengganjal karena memandang lingkungan hidup hanya dari satu sisi. Bahasa awamnya... memandang dengan sebelah mata J

Ini rangkuman dari berbagai sumber tentang prinsip / azas ilmu lingkungan. Dapat dipakai dalam berlogika untuk mengkaji permasalahan lingkungan di Aceh. Mungkin sobat sekalian ada yang mau nambahin atau mengkritik, terutama mahasiswa, dipersilahkan.
  1. Energi itu bersifat abadi. Masuk atau keluar dari satu ekosistem, atau sebidang lahan, maka dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Asas ini dalam ilmu Fisika sama dengan hukum termodinamika I. Dalam ilmu energi, dibahas dalam aspek konservasi energi. 
  2. Transformasi energi tidak akan sempurna seratus persen. Sama dengan hukum  thermodinamika II. Energi akan terus berubah-ubah, yang berbeda adalah bentuk fisik.
  3. Mahluk hidup dan keanekaragaman hayati berada dalam satu ruang dan waktu serta memiliki energi masing-masing, dan keseluruhannya merupakan sumberdaya alam. Tidak boleh memisah-misahkan satu individu jika dikaji dalam satu ruang dan waktu karena pada individu tersebut ada kaitan erat dengan individu yang lain pada satu ruang dan waktu.
  4. Pertumbuhan satu sumberdaya alam ada batas maksimum dengan laju pertumbuhan optimum pada satu titik tertentu. Ingat bahwa MAKSIMUM berbeda dengan OPTIMUM. Jangan dibolak balik.  Jika titik optimum telah tercapai, maka pertumbuhan selanjutnya dapat dianggap sebagai sebuah pemborosan. Secara ekonomi diangap merugikan. Penjelasan azas ini dapat terlihat jelas pada kurva produksi, quantitas per satuan waktu.
  5. Sumberdaya alam ada yang memiliki daya rangsang pemanfaatan secara terus menerus, dan ada yang tidak.  Mirip dengan prinsip komplementary dalam ilmu ekonomi. Ada sumberdaya yang bersifat pelengkap, ada yang utama. Jika terjadi kelangkaan pada sumberdaya utama, misal makanan tertentu, maka akan ada upaya untuk memanfaatkan sumberdaya ke-dua. Jika ini terjadi, maka akan ada upaya untuk pemusatan perhatian pada sumberdaya kedua, berarti terjadi peningkatan pendayagunaan.
  6. Spesies yang mempunyai daya regenerasi lebih besar, cendrung akan megalahkan saingannya. Kemampuan regenerasi akan terkait dengan kemampuan adaptasi.  Sementara tidak semua spesies mampu beradaptasi dengan baik.
  7. Keanekaragaman komunitas akan semakin tinggi pada satu tempat dengan faktor lingkungan yang lebih pasti.  Faktor lingkungan itu banyak, misalnya air, tanah, api. Pada tempat yang tidak cepat berubah, dan ada pola yang lebih jelas, maka akan muncul keanekaragaman yang lebih tinggi dari pada tempat yang kondisinya sering berubah-ubah.
  8. Kejenuhan suatu habitat tergantung pada niche.  Setiap spesies memiliki kekhasan tertentu (niche). Kekhasannya dapat ditentukan oleh kemampuan jelajah (home range). Semakin luas kemampuan jelajah satu spesies, maka habitat cenrung tidak jenuh (terhadap spesies tersebut. Masalahnya, ada spesies lain pada habitat tertentu yang daya jelajahnya sangat terbatas, misal tumbuhan. Menjelejah hanya berdasarkan sebaran bibit.
  9.  Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomasa dibagi dengan produktivitas.Semakin beragam organisme dalam satu sistem, maka aliran energi akan semakin efisien. Ibarat sebuah mata rantai makanan, jika semakin kompleks, berati  sistemnya secara alami semakin sehat.
  10. Dalam suatu ekosistem, sub-sistem yang  mantap cendrung mengekploitasi sub-sistem yang belum mantap. Dalam suatu ekosistem, terdapat berbagai rantai makanan, dan antar rantai tersebut saling terhubung. Rantai yang sudah kompleks (tinggi) akan memberikan sisa energi ke rantai yang lebih rendah.  Dalam sistem ini, terdapat manusia. Manusia terdiri atas berbagai kelompom berdasarkan pekerjaan. Manusia yang sudah berada dalam sistem yang mantap (bergaya hidup perkotaan, cendrung enggan kembali ke sistem yang belum mantap (misal di pedalaman hutan).
  11. Kemampuan adaptasi suatu spesies bergantung pada kepentingan relatifnya terhadap lingkungan. Sekelompok individu / spesies pada ekosistem yang belum mantap akan kurang bereaksi jika terjadi perubahan fisika kimia dalam ekosistemnya. Kumpulan individu dengan kondisi fisika kimia yang sudah lama mantap, tidak akan mudah untuk berevolusi. 
  12. Keadaan lingkungan yang baik secara fisik, memungkinkan terjadinya peningkatan keanekaragaman satu kelompom spesies, dan selanjutnya membantu untuk meningkatkan keanekaragaman kelompok spesies lainnya. Jika satu cakupan bidang ilmu sudah tidak mampu mengatasi permasalahan sistem biologi, maka diperlukan cakupan ilmu baru yang lebih kompleks, dan ada penambahan indikator analisis selain aspek biologi dan kimia.


0 comments: