Selasa, 21 Juli 2009

Orangutan Leuser Semakin Terjepit

Mengikuti dan 'mengintip' orangutan di habitat aslinya benar benar suatu pengalaman yang mengesankan. Kita akan merasakan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan melihatnya di kebun binatang. Di habitat alami, terlihat jelas bagaimana mereka berupaya bertahan hidup, mencari makanan di habitat yang telah rusak.

Orangutan Sumatera merupakan satu dari beberapa spesies langka dan dilindungi. Secara alami hidup di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Kawasan konservasi ini terluas di Indonesia dan mewakili landscape-alami-lengkap. Luasnya sekitar 2,1 juta ha.

Tujuan utama penunjukan batas KEL adalah untuk melindungi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sebagai pusat KEL. TNGL secara administratif pemerintahan berada di Aceh Tenggara, Singkil, Aceh Selatan and Langkat Sumatera Utara. Taman nasional ini telah tercatat sebagai satu dari beberapa World Heritage Site pada tahun 2004.

Ringkasan Kebijakan / Policy dapat dilihat di sini. Implementing kebijakan tidak berjalan dengan baik karena kebutuhan lokal yan berbeda dengan visi nasional ataupun dunia. Masyarakat lokal memerlukan lahan untuk berbagai keperluan mulai lahan kebun sampai pemukiman. Tidak mengherankan jika sebagian lahan TNGL telah berubah menjadi perkebunan maupun pemukiman, dan berdampak pada ter-fragment-nya habitat orangutan.

Seperti terlihat pada Tabel simulasi kabupaten, luas lahan yang dapat 'diolah', oleh pemerintah daerah maupun masyarakat adalah sangat terbatas.

Awalnya, mudah untuk melihat orangutan maupun kekayaan biodiversitas lainnya di lokasi wisata Ketambe, Bahorok, Gurah, dan site lainnya dalam TNGL, berbeda jauh sejak tahun 2000an. Saya agak beruntung dapat merekam 'perjuangan' orangutan di habitatnya Maret 2009, musim buah favorite orangutan sedang berlangsung.

Bagaimana cara memberi mereka kehidupan yang lebih baik dengan tetap mengakomodir kepentingan masyarakat setempat? Beberapa usaha telah dilakukan oleh NGO seperti Leuser International Foundation (YLI) and peneliti, namun hasilnya mendekati nol.

Kegagalan desaign project atau mungkin hutan memang harus habis?

0 comments: