Sebuah skripsi /
Tesis / ataupun karya ilmiah, akan memiliki nilai jika ia dapat memecahkan
permasalahan yang diajukan. Ingat lho... PERMASALAHAN, bukan MASALAH. Ini dua hal yang berbeda, dan biasanya sering
terbalik-balik dalam berbagai tulisan penelitian.
Adanya
ikan-ikan yang mati mendadak di kolam, merupakan MASALAH bagi pemilik kolam,
karena investasinya hancur. Itu bukan masalah bagi mahasiswa, karena tidak
mengalami kerugian apa pun. Tapi bagi calon peneliti, fenomena ini dapat menjadi
PERMASALAHAN. Tentunya setelah ada
perumusan berdasarkan gambaran / deskripsi dan latar belakang, kaitan
berdasarkan teori pokok dan teori pendukung
(jika ada), kesenjangan informasi / pengetahuan yang ada, dan tujuan yang ingin
didapat.
Contoh lain, aktivitas
penambangan liar menggunakan air raksa atau merkuri bukan merupakan masalah bagi pelaku, tetapi dapat menjadi masalah bagi calon
peneliti A (misal mahasiswa jurusan Kimia), karena berdasarkan pengetahuan ilmiahnya bahwa limbah raksa tidak
akan larut dan menjadi racun. Tetapi
masalah ini tidak menarik bagi A, sehingga tidak dijadikan sebagai sebuah Permasalahan. Sementara calon peneliti B (misal mahasiswa ilmu Kesehatan Masyarakat) tertarik dengan fenomena peningkatan
angka statistik penyakit gatal-gatal pada daerah hilir yang terdapat kegiatan
penggunaan air raksa di daerah hulu. Dengan melihat deskripsi statistik, fenomena ini kemudian diformulasikan sebagai sebuah
permasalahan penelitian. Mencari hubungan sebab akibat antara penambangan liar
dengan jenis dan jumlah penyakit gatal-gatal dalam skope landscape.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan permasalahan
peneliti.
- Singkat , jelas dan padat. Jadi jangan memakai kalimat yang panjang dan bertele-tele.
- Sebaiknya menggunakan kalimat tanya (ada research question).
- Sebaiknya menghubungkan dua variabel atau lebih.
- Ada implikasi ketersediaan data untuk pemecahan masalah.
- Relevan dengan judul dan metode penelitian.
0 comments:
Posting Komentar