Jumat, 13 Juli 2012

ANTARA RAWA TRIPA, REINVENSI DAN REORGANISASI HUTAN, SERTA MASYARAKAT DUNIA: KEPENTINGAN SIAPA?

"forest management will require a fundamental reinvention and reorganization of societies throughout the world" 
Membaca pernyataan Pak SBY diatas, menggelitik pemikiranku, karena membaca satu komentar singkat dari pembaca luar negeri yang mengkaitkan dengan hotspot di Nagan Raya (sekitar Rawa Tripa)

  1. Kepentingan siapa untuk menjaga hutan Indonesia atau hutan Aceh ?
  2. Apa manfat bagi Nagan Raya dan Aceh dengan booming isu rawa tripa di dunia?
  3. Apa kerugian bagi Nagan Raya dan Aceh ?
  4. Kemungkinan adanya arus modal asing yang akan berputar secara semu di Aceh ?
1.Kepentingan Siapa untuk Menjaga Hutan ?
    
Tidak dapat dipungkiri bahwa menjaga kelestarian hutan, merupakan satu keharusan . Secara biologi, keberadaan rawa memiliki banyak peran, terutama peran/ manfaat  tidak langsung. Rawa berperan sebagai daerah tangkapan air, penyimpanan sumber air, dan sekaligus sebagai restorasi alami penyediaan air bersih bagi daerah sekitarnya.  Masalahnya, yang namanya sebuah manfaat, secara alami, manusia cendrung mengkonversikannya dengan satuan manfaat ekonomi. Jelasnya berapa rupiah yang akan diterima, dan juga...  nilai saat ini (present value), bukan nilai masa depan (future value).

Walau mulut sampai berbuih menyampaikan kepada masyarakat bahwa rawa tripa punya sejuta manfaat, penyuluhan tidak akan berhasil jika masyarakat setempat (di sekitar Tripa) belum dapat melepaskan diri dari ketergantungan harian terhadap uang cash. Ya.. ketergantungan harian. Sudah umum terjadi, masyarakat kecil hanya bekerja menjadi buruh harian dan tanpa penghasilan yang tetap atau jelas. Tidak heran jika ada order untuk menebang pohon di Tripa, akan cepat diterima. Ada sebuah keterkaitan rantai ekonomi antara masyarakat kecil dengan masyarakat ‘besar’, entah itu pribadi-pribadi yang bermodal, atau tangan-tangan perusahaan.  Jika mau ditelusuri lebih lanjut, sebagian besar pemilik kebun rakyat (bukan perusahaan) adalah segelintir individu kelas atas, sementara masyarakat penebang, selanjutnya akan berpindah menebang di tempat lain.

Gambaran di atas, umum terjadi di Aceh, bahkan di seluruh Indonesia.
Jika rawa tripa kehilangan fungsi alaminya, maka yang rugi adalah:
  1. Masyarakat sekitar, karena terjadi penurunan kualitas air tanah, menyebabkan kerusakan / kematian tanaman (selain sawit tentunya), dan sekaligus akan memutus rantai ekosisten setempat.
  2. Regional Nagan Raya, karena dampak negatif degradasi lahan akan menyebar bukan hanya di kecamatan Tripa. Implikasinya, akan diperlukan tambahan investasi yang tidak sedikit untuk penyediaan air bersih, restorasi yang mahal (jika ada niat baik) dan ini cendrung gagal, serta import (mendatangkan) sapras dari luar daerah (uang keluar).


Sampai di sini, ringkasnya adalah, menjaga hutan Tripa sebenarnya merupakan ‘kepentingan ’Nagan Raya’.  Mengapa masyarakat dunia juga peduli ?  Jelas karena mereka juga punya kepentingan, dalam tataran yang lebih luas (global)
   
     (bersambung)                                                                        jokowi calon gubernur pilkada jakarta

0 comments: