"forest management will require a fundamental reinvention and reorganization of societies throughout the world"Membaca pernyataan Pak SBY diatas, menggelitik pemikiranku, karena membaca satu komentar singkat dari pembaca luar negeri yang mengkaitkan dengan hotspot di Nagan Raya (sekitar Rawa Tripa)
- Kepentingan siapa untuk menjaga hutan Indonesia atau hutan Aceh ?
- Apa manfat bagi Nagan Raya dan Aceh dengan booming isu rawa tripa di dunia?
- Apa kerugian bagi Nagan Raya dan Aceh ?
- Kemungkinan adanya arus modal asing yang akan berputar secara semu di Aceh ?
1.Kepentingan Siapa untuk Menjaga Hutan ?
Tidak dapat dipungkiri bahwa menjaga kelestarian hutan,
merupakan satu keharusan . Secara biologi, keberadaan rawa memiliki banyak
peran, terutama peran/ manfaat tidak
langsung. Rawa berperan sebagai daerah tangkapan air, penyimpanan sumber air,
dan sekaligus sebagai restorasi alami penyediaan air bersih bagi daerah
sekitarnya. Masalahnya, yang namanya
sebuah manfaat, secara alami, manusia cendrung mengkonversikannya dengan satuan
manfaat ekonomi. Jelasnya berapa rupiah yang akan diterima, dan juga... nilai saat ini (present value), bukan nilai
masa depan (future value).
Walau mulut sampai berbuih menyampaikan kepada masyarakat
bahwa rawa tripa punya sejuta manfaat, penyuluhan tidak akan berhasil jika
masyarakat setempat (di sekitar Tripa) belum dapat melepaskan diri dari
ketergantungan harian terhadap uang cash. Ya.. ketergantungan harian. Sudah
umum terjadi, masyarakat kecil hanya bekerja menjadi buruh harian dan tanpa
penghasilan yang tetap atau jelas. Tidak heran jika ada order untuk menebang
pohon di Tripa, akan cepat diterima. Ada sebuah keterkaitan rantai ekonomi
antara masyarakat kecil dengan masyarakat ‘besar’, entah itu pribadi-pribadi
yang bermodal, atau tangan-tangan perusahaan.
Jika mau ditelusuri lebih lanjut, sebagian besar pemilik kebun rakyat
(bukan perusahaan) adalah segelintir individu kelas atas, sementara masyarakat
penebang, selanjutnya akan berpindah menebang di tempat lain.
Gambaran di atas, umum terjadi di Aceh, bahkan di seluruh
Indonesia.
Jika rawa tripa kehilangan fungsi alaminya, maka yang rugi
adalah:
- Masyarakat sekitar, karena terjadi penurunan kualitas air tanah, menyebabkan kerusakan / kematian tanaman (selain sawit tentunya), dan sekaligus akan memutus rantai ekosisten setempat.
- Regional Nagan Raya, karena dampak negatif degradasi lahan akan menyebar bukan hanya di kecamatan Tripa. Implikasinya, akan diperlukan tambahan investasi yang tidak sedikit untuk penyediaan air bersih, restorasi yang mahal (jika ada niat baik) dan ini cendrung gagal, serta import (mendatangkan) sapras dari luar daerah (uang keluar).
Sampai di sini, ringkasnya adalah, menjaga hutan Tripa
sebenarnya merupakan ‘kepentingan ’Nagan Raya’. Mengapa masyarakat dunia juga peduli ? Jelas karena mereka juga punya kepentingan,
dalam tataran yang lebih luas (global)
(bersambung) jokowi calon gubernur pilkada jakarta
0 comments:
Posting Komentar